Dokter Gigi 59 Tahun Selesaikan Run To Care 2025 dengan Cinta

Dwi Afrosiansi, Dokter Gigi 59 Tahun Selesaikan Run To Care 2025

Dwi Afrosiansi, pelari berusia 59 tahun asal Bogor, kembali membuktikan dedikasinya dalam ajang Run To Care 2025 kategori 150KM. Tahun ini menjadi tahun ketiganya mengikuti ajang lari charity ultra marathon yang mengusung misi sosial untuk membantu anak-anak di Desa Anak SOS.

Sebagai seorang dokter gigi, Afrosiansi memandang lari bukan hanya untuk menjaga kesehatan, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan anak-anak. “Di sini, kami bukan hanya peserta, tapi seperti keluarga, baik sesama pelari, panitia, maupun anak-anak yang kami perjuangkan,” ujarnya.

Baca Juga:  Run To Care 2025: Lari untuk Anak Indonesia, Putus Siklus Keterpisahan

Tantangan Sebelum dan Saat Lomba

Perjalanannya menuju Run To Care 2025 tidak mudah. Seminggu sebelum start, ia mengalami cantengan di ibu jari kaki kiri. Setelah dua hari tanpa perubahan, ia harus mengonsumsi antibiotik hingga siang sebelum lomba dimulai. Meski menahan nyeri, Afrosiansi tetap berlari. Namun, tumpuan yang lebih banyak di kaki kanan menyebabkan lututnya nyeri setelah 20 km, memaksanya berjalan dan sempat terpikir untuk DNF (Did Not Finish).

Berulang kali ia mencari obat pereda nyeri di toko-toko, namun tidak berhasil. Titik balik terjadi di km 33 saat ia berhenti untuk sholat subuh di area parkir Pantai Indah Kapuk. Efek peregangan dari sholat membuat nyeri berkurang, dan ia kembali berlari. Bahkan di km 45, setelah mengompres lutut dengan es, ia mampu meningkatkan kecepatan.

Baca Juga:  Maryanto Sardjimin: Dari Mimpi Spartathlon 2023 ke Podium Sri Chinmoy 2025 di Usia 63 Tahun!

Finish yang Mengharukan

Dengan waktu 31 jam 25 menit, Afrosiansi akhirnya melewati garis finish. Momen paling menyentuh terjadi ketika ia langsung menyerahkan medali kepada sang istri, Retno Afanti, yang setia menunggu di garis akhir sambil membawa segelas susu cokelat panas.

“Terima kasih atas doa dan dukungan anak-anak, sahabat, dan teman-teman. Khususnya untuk istri tercinta yang selalu khawatir dan terus berdoa,” tutupnya.

Kisah Dwi Afrosiansi menjadi bukti bahwa semangat, cinta, dan tujuan mulia mampu mengalahkan rasa sakit, sekaligus menginspirasi pelari lain untuk ikut dalam gerakan sosial seperti Run To Care.

Baca Juga:  Hendro Pecahkan Rekor Nasional 35km Race Walk di Asian 20km Race Walking Championships 2025

Follow Instagram @ceritapelari agar kamu dapat berita lari lainya dan baca juga Berita Terbaru seputar lari.

Bagikan artikel ini melalui: