22 Jam Lari untuk Harapan: Jelajah Timur 2025 Wujudkan Akses Air Bersih di NTT

Jelajah Timur 2025

Nagekeo, 26 Oktober 2025 — Sebanyak 51 pelari menempuh rute ekstrem dari Kota Mbay menuju Kampung Adat Bena, Bajawa dalam ajang Jelajah Timur 2025, sebuah lari amal ultra marathon yang diinisiasi oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia).

Selama dua hari penuh (24–25 Oktober 2025), para pelari yang disebut Penjelajah Timur berlari sejauh hingga 106 kilometer. Mereka  berlari dengan satu misi besar: mewujudkan akses air bersih yang inklusif dan setara bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama anak-anak dan anak perempuan.


Setiap Langkah untuk Air Bersih

Direktur Eksekutif Plan Indonesia, Dini Widiastuti, menyampaikan bahwa Jelajah Timur adalah simbol aksi nyata untuk membawa perubahan bagi generasi muda di daerah dengan keterbatasan akses air.

“Melalui Jelajah Timur, kami ingin menunjukkan bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, dapat membawa perubahan besar. Dengan akses air bersih, anak-anak, terutama anak perempuan, bisa belajar, tumbuh sehat, dan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik,” ujar Dini.

Krisis air bersih masih menjadi tantangan besar di NTT. Berdasarkan data Pemerintah Provinsi NTT, sebanyak 27,5 persen keluarga belum memiliki akses terhadap air bersih. Survei Kesehatan Indonesia mencatat 37,9 persen keluarga belum memiliki sanitasi layak. Bahkan sekitar 500 desa di wilayah NTT masih kekurangan infrastruktur air bersih.

Baca Juga:  Jelajah Timur, Run for Equality 2025

Kondisi ini berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan anak-anak. Data Badan Pusat Statistik 2024 menunjukkan angka stunting di NTT mencapai 22,2 persen, tertinggi kedua di Indonesia.

“Krisis air bersih ini juga berdampak besar pada anak perempuan, karena mereka sering harus berjalan jauh setiap hari untuk mengambil air. Waktu belajar mereka berkurang dan risiko kesehatannya meningkat,” tambah Dini.


Kisah dari Lapangan

Salah satu penerima manfaat, Desa Tengatiba di Kabupaten Nagekeo, menjadi contoh nyata tantangan tersebut. Sumber air di desa ini berada di luar wilayah permukiman, membuat warga harus berjalan hingga 2 kilometer. Rutenya pun harus menuruni dan menaiki bukit untuk mengambil air.

“Kami hidup dengan segala keterbatasan. Untuk ambil air, ada yang harus jalan dua kilometer. Air dari embung kami pakai untuk mandi, mencuci, bahkan untuk minum setelah diendapkan. Dengan Jelajah Timur, kami berharap beban kami berkurang dan anak-anak bisa hidup lebih layak,” ujar Servasius Ame, Kepala Desa Tengatiba.

Sebagai bagian dari kegiatan, para Penjelajah Timur mengunjungi desa penerima manfaat dan ikut mengambil air menggunakan jerigen.

Baca Juga:  Bogor Runners Gelar Charity Run 2025: Bersama Berlari dan Berbagi untuk Kebaikan

Aktris dan model Kelly Tandiono, yang berlari di kategori 53 kilometer, mengungkapkan,

“Berlari di Jelajah Timur bukan hanya tentang ketahanan fisik, tapi tentang empati dan aksi nyata. Saya ingin setiap langkah saya membawa harapan bagi anak-anak di NTT.”

Sementara itu, Tarman Pabelai, guru sekaligus pelari ultra marathon asal Sulawesi, berbagi,

“Biasanya saya bawa jerigen ke kelas untuk mengajarkan murid tentang krisis air. Di Jelajah Timur, saya merasakan langsung perjuangan itu. Ini bukan sekadar lari, tapi bentuk pendidikan dan solidaritas.”

Selain Kelly dan Tarman, ajang ini juga diikuti tokoh inspiratif seperti Adita Irawati (Dewan Penasihat Plan Indonesia), serta para pegiat olahraga seperti Diah Makece, Nicky Hogan, Carla Felany, dan Erry Permana.

Baca Juga:  Digiland Run 2025 Sandang World Athletics Label, Hadirkan Kombinasi Lari, Musik, Teknologi & Aksi Hijau

Donasi untuk Air dan Harapan

Kampanye Jelajah Timur 2025 membuka donasi publik sejak 17 Agustus hingga 10 November 2025. Bagi yang mau berdonasi bisa  melalui laman kitabisa.com/jelajahtimur. Kampanye Jelajah Timur saat ini telah mengumpulkan lebih dari Rp 1 miliar (per 26 Oktober 2025).

Dana ini akan digunakan untuk pembangunan dan perluasan sarana air bersih di tiga desa di Kabupaten Nagekeo. Tiga desa itu yaitu Desa Tengatiba, Desa Wajo, dan Desa Ngegedhawe. Dukungan mencakup pembangunan infrastruktur air bersih, edukasi WASH (Water, Sanitation, and Hygiene), serta program pemeliharaan dan konservasi sumber air selama tiga tahun ke depan.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah, komunitas lokal, dan mitra perusahaan, yang berkomitmen pada misi pembangunan berkelanjutan di NTT.

Follow Instagram Cerita Pelari @ceritapelari agar kamu dapat informasi lari lainya dan baca juga Tips dan Trik seputar lari.

Bagikan artikel ini melalui: